Cari Blog Ini

Sabtu, 01 Juni 2013

Majas

Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh
efek-efek tertentu,
keseluruhan ciri bahasa
sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam
menyampaikan pikiran dan
perasaan, baik secara lisan maupun tertulis [1]. Jenis-jenis Majas Majas perbandingan Artikel utama untuk bagian ini
adalah: Majas perbandingan 1. Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui
kiasan atau
penggambaran. Contoh: Perjalanan hidup
manusia seperti sungai yang
mengalir menyusuri tebing-
tebing, yang kadang-kadang
sulit ditebak kedalamannya,
yang rela menerima segala sampah, dan yang pada
akhirnya berhenti ketika
bertemu dengan laut. 1. Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak
diselesaikan karena
sudah dikenal. Contoh: Sudah dua hari ia tidak
terlihat batang hidungnya. 1. Simile: Pengungkapan dengan perbandingan
eksplisit yang
dinyatakan dengan kata
depan dan penghubung,
seperti layaknya,
bagaikan, " umpama", "ibarat","bak", bagai". contoh: Kau umpama air aku
bagai minyaknya, bagaikan
Qais dan Laila yang dimabuk
cinta berkorban apa saja. 1. Metafora: Gaya Bahasa yang membandingkan
suatu benda dengan
benda lain karena
mempunyai sifat yang
sama atau hampir sama. contoh: Cuaca mendung karena sang raja siang enggan menampakkan diri. 1. Antropomorfisme: Metafora yang
menggunakan kata atau
bentuk lain yang
berhubungan dengan
manusia untuk hal yang
bukan manusia. 2. Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan
rasa dari suatu indra
yang dicurahkan lewat
ungkapan rasa indra
lainnya. 3. Antonomasia: Penggunaan sifat
sebagai nama diri atau
nama diri lain sebagai
nama jenis. 4. Aptronim: Pemberian nama yang cocok
dengan sifat atau
pekerjaan orang. 5. Metonimia: Pengungkapan berupa
penggunaan nama untuk
benda lain yang menjadi
merek, ciri khas, atau
atribut. Contoh: Karena sering
menghisap jarum, dia
terserang penyakit paru-paru. (Rokok merek Djarum) 1. Hipokorisme: Penggunaan nama
timangan atau kata yang
dipakai untuk
menunjukkan hubungan
karib. 2. Litotes: Ungkapan berupa penurunan
kualitas suatu fakta
dengan tujuan
merendahkan diri. Contoh: Terimalah kado yang
tidak berharga ini sebagai
tanda terima kasihku. 1. Hiperbola: Pengungkapan yang
melebih-lebihkan
kenyataan sehingga
kenyataan tersebut
menjadi tidak masuk
akal. Contoh: Gedung-gedung
perkantoran di kota-kota
besar telah mencapai langit. 1. Personifikasi: Pengungkapan dengan
menggunakan perilaku
manusia yang diberikan
kepada sesuatu yang
bukan manusia. Contoh: Hembusan angin di tepi pantai membelai rambutku. 1. Depersonifikasi: Pengungkapan dengan
tidak menjadikan benda-
benda mati atau tidak
bernyawa. 2. Pars pro toto: Pengungkapan sebagian
dari objek untuk
menunjukkan
keseluruhan objek. contoh:Sejak kemarin dia tidak
kelihatan batang hidungnya. 1. Totum pro parte: Pengungkapan
keseluruhan objek
padahal yang dimaksud
hanya sebagian. contoh:Indonesia bertanding
volly melawan Thailand. 1. Eufimisme: Pengungkapan kata-
kata yang dipandang
tabu atau dirasa kasar
dengan kata-kata lain
yang lebih pantas atau
dianggap halus. contoh:Dimana saya bisa
menemukan kamar kecilnya? 1. Disfemisme:
Pengungkapan
pernyataan tabu atau
yang dirasa kurang
pantas sebagaimana
adanya. 2. Fabel: Menyatakan perilaku binatang
sebagai manusia yang
dapat berpikir dan
bertutur kata. contoh:Perilakunya seperti ular
yang menggeliat. 1. Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai
tetapi dikiaskan atau
disamarkan dalam
cerita. 2. Perifrasa: Ungkapan yang panjang sebagai
pengganti ungkapan
yang lebih pendek. 3. Eponim: Menjadikan nama orang sebagai
tempat atau pranata. contoh:Kita bermain ke rumah
Ina. 1. Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan
menggunakan simbol
atau lambang untuk
menyatakan maksud. 2. Asosiasi: perbandingan
terhadap dua hal yang
berbeda, namun
dinyatakan sama. Contoh: Masalahnya rumit,
susah mencari jalan keluarnya
seperti benang kusut. Majas sindiran Artikel utama untuk bagian ini
adalah: Majas sindiran 1. Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta
yang sebenarnya dan
mengatakan kebalikan
dari fakta tersebut. Contoh: Suaramu merdu
seperti kaset kusut. 1. Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar. 2. Sinisme: Ungkapan yang
bersifat mencemooh
pikiran atau ide bahwa
kebaikan terdapat pada
manusia (lebih kasar
dari ironi). Contoh: Kamu kan sudah
pintar ? Mengapa harus
bertanya kepadaku ? 1. Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme,
ironi, atau parodi, untuk
mengecam atau
menertawakan gagasan,
kebiasaan, dll. 2. Innuendo: Sindiran yang
bersifat mengecilkan
fakta sesungguhnya. Majas penegasan Artikel utama untuk bagian ini
adalah: Majas penegasan 1. Apofasis: Penegasan
dengan cara seolah-
olah menyangkal yang
ditegaskan. 2. Pleonasme: Menambahkan
keterangan pada
pernyataan yang sudah
jelas atau
menambahkan
keterangan yang sebenarnya tidak
diperlukan. Contoh: Saya naik tangga ke
atas. 1. Repetisi: Perulangan
kata, frasa, dan klausa
yang sama dalam suatu
kalimat. 2. Pararima: Pengulangan
konsonan awal dan akhir
dalam kata atau bagian
kata yang berlainan. 3. Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal
kata secara berurutan. 4. Paralelisme: Pengungkapan dengan
menggunakan kata,
frasa, atau klausa yang
sejajar. 5. Tautologi: Pengulangan kata dengan
menggunakan
sinonimnya. 6. Sigmatisme:
Pengulangan bunyi "s"
untuk efek tertentu. 7. Antanaklasis: Menggunakan
perulangan kata yang
sama, tetapi dengan
makna yang berlainan. 8. Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara
berturut-turut dari yang
sederhana/kurang
penting meningkat
kepada hal yang
kompleks/lebih penting. 9. Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara
berturut-turut dari yang
kompleks/lebih penting
menurun kepada hal
yang sederhana/kurang
penting. 10. Inversi: Menyebutkan
terlebih dahulu predikat
dalam suatu kalimat
sebelum subjeknya. 11. Retoris: Ungkapan pertanyaan yang
jawabannya telah
terkandung di dalam
pertanyaan tersebut. 12. Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa
unsur kalimat, yang
dalam susunan normal
unsur tersebut
seharusnya ada. 13. Koreksio: Ungkapan
dengan menyebutkan
hal-hal yang dianggap
keliru atau kurang tepat,
kemudian disebutkan
maksud yang sesungguhnya. 14. Polisindenton:
Pengungkapan suatu
kalimat atau wacana,
dihubungkan dengan
kata penghubung. 15. Asindeton: Pengungkapan suatu
kalimat atau wacana
tanpa kata penghubung. 16. Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan
keterangan tambahan di
antara unsur-unsur
kalimat. 17. Eksklamasio: Ungkapan
dengan menggunakan
kata-kata seru. 18. Enumerasio: Ungkapan
penegasan berupa
penguraian bagian demi
bagian suatu
keseluruhan. 19. Preterito: Ungkapan
penegasan dengan cara
menyembunyikan
maksud yang
sebenarnya. 20. Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk
menegaskan. 21. Kolokasi: Asosiasi tetap
antara suatu kata
dengan kata lain yang
berdampingan dalam
kalimat. 22. Silepsis: Penggunaan
satu kata yang
mempunyai lebih dari
satu makna dan yang
berfungsi dalam lebih
dari satu konstruksi sintaksis. 23. Zeugma: Silepsi dengan
menggunakan kata yang
tidak logis dan tidak
gramatis untuk
konstruksi sintaksis
yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang
rancu. Majas pertentangan Artikel utama untuk bagian ini
adalah: Majas pertentangan 1. Paradoks: Pengungkapan dengan
menyatakan dua hal
yang seolah-olah
bertentangan, namun
sebenarnya keduanya
benar. 2. Oksimoron: Paradoks dalam satu frasa. 3. Antitesis: Pengungkapan dengan
menggunakan kata-kata
yang berlawanan arti
satu dengan yang
lainnya. 4. Kontradiksi interminus: Pernyataan yang
bersifat menyangkal
yang telah disebutkan
pada bagian
sebelumnya. 5. Anakronisme: Ungkapan
yang mengandung
ketidaksesuaian dengan
antara peristiwa dengan
waktunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar