Cari Blog Ini

Kamis, 13 Juni 2013

Konjungsi Dalam Bahasa Indonesia

Konjungsi Korelatif J. Konjungsi (Kata Sambung)
Konjungsi adalah kata tugas yang
menghubungkan dua klausa atau
lebih.
Konjungsi disebut juga dengan
istilah kata sambung, kata hubung, dan kata penghubung. Jenis-jenis konjungsi:
1. Konjungsi antarklausa, dibagi
menjadi 3 jenis yaitu:
a. Konjungsi koordinatif adalah
konjungsi yang menghubungkan
dua klausa atau lebih yang memiliki status sintaksis yang
sama. ( =konjungsi setara )
Macam-macam:
- dan (menyatakan penambahan)
- tetapi ( menyatakan perlawanan)
- atau ( menyatakan pemilihan ) b. Konjungsi subordinatif yaitu
konjungsi yang menghubungkan
dua klausa atau lebih yang
memiliki status sintaksis yang
tidak sama. (=konjungsi
bertingkat ) Macam-macamnya:
- sesudah, setelah, sebelum,
sehabis, sejak, selesai, ketika,
tatkala, sewaktu, sementara,
sambil, seraya, selagi, selama,
hingga, sampai (menyatakan waktu).
- Jika, kalau, jikalau, asal(kan),
bila, manakala ( menyatakan
syarat ).
- Andaikan, seandainya, andaikata,
umpamanya, sekiranya ( menyatakan pengandaian ).
- agar, supaya, biar ( menyatakan
tujuan )
- biarpun, meskipun, sekalipun,
walaupun, sungguhpun,
kendatipun ( menyatakan konsesif ).
- seakan-akan, seolah-olah,
sebagaimana, seperti, sebagai,
laksana ( menyatakan pemiripan ).
- sebab, karena, oleh karena
( menyatakan sebab ) - hingga, sehingga, sampai(-
sampai), maka(nya) ( menyatakan
akibat ).
- bahwa ( menyatakan
penjelasan ). c. Konjungsi korelatif adalah
konjungsi yang menghubungkan
dua kata, frasa, atau klausa dan
kedua unsure itu memiliki status
sintaksis yang sama.
Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh
salah satu kata, frasa, atau klausa
yang dihubungkan. Macam-macamnya:
- baik … maupun …
- tidak hanya …, tetapi ( …) juga …
- bukan hanya …, melainkan …
- (se)demikian (rupa) …
sehingga… - apa(kah) … atau …
- entah … entah …
- jangankan …, …pun … Perhatikan contoh berikut!
1. Baik Andi maupun Toni ingin
kursus piano.
2. Tidak hanya kehilangan rumah,
tetapi ia juga kehilangan seluruh
keluarganya. 3. Kakaknya belajar demikian
tekun, sehingga ia dapat
peringkat pertama.
4. Entah ditanggapi entah tidak, ia
akan mengajukan usul itu.
5. Jangankan teriak, berbicara pun suaranya tidak bias keluar. 2. Konjungsi Antarkalimat yaitu
konjungsi yang menghubungkan
satu kalimat dengan kalimat yang
lain.
Oleh karena itu, konjungsi ini
selalu memulai satu kalimat yang baru dan huruf pertamanya ditulis
dengan huruf capital. Macam-macamnya:
- biarpun demikian/begitu,
sekalipun demikian/begitu,
sungguhpun demikian/begitu,
walaupun demikian/begitu,
meskipun demikian/begitu ( menyatakan kesediaan untuk
melakukan sesuatu )
- kemudian, sesudah itu, setelah
itu, selanjutnya, tambahan pula,
lagi pula, selain itu ( menyatakan
adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain di luar hal yang telah
dinyatakan sebelumnya ).
- sebaliknya ( menyatakan
kebalikan dari pernyataan
sebelumnya ).
- sesungguhnya, bahwasannya ( menyatakan keadaan yang
sebenarnaya ).
- malahan, bahkan ( menyatakan
menguatkan keadaan yang
dinyatakan sebelumnya).
- akan tetapi, namun, kecuali itu ( menyatakan pertentangan
dengan keadaan sebelumnya ).
- dengan demikian ( menyatakan
konsekuensi )
- oleh karena itu, oleh sebab itu
( menyatakan akibat ) - sebelum itu ( menyatakan
kejadian yang mendahului hal
yang dinyatakan sebelumnya ) 3. Konjungsi Antarparagraf yaitu
konjungsi yang digunakan untuk
menghubungkan paragraf tempat
konjungsi itu dipakai dengan
paragraf sebelumnya.
Konjungsi antarparagraf pada umumnya terletak pada awal
paragraf.
Macam-macamnya:
- adapun
- akan hal
- mengenal - dalam pada itu Selain keempat konjungsi
antarparagraf tersebut terdapat
juga konjungsi antarparagraf
berikut:
- alkisah
- arkian - sebermula
- syahdan zahra's Bp di 18.55 Gaya Bahasa/Majas I. Majas/Gaya Bahasa
Majas adalah bahasa kias yang
dapt menghidupkan dan
meningkatkan efek atau kesan
menimbulkan konotasi tertentu.
Kesan yang terdapat dalam suatu majas disebabkan adanya
perbandingan suatu benda atau
hal tertentu dengan benda atau
hal lain yang lebih umum. Macam-macam majas:
A. Majas perbandingan:
1. Personifikasi adalah majas yang
melukiskan sesuatu dengan
mengkaitkan sifat-sifat manusia
pada benda-benda mati sehingga seolah-olah mempunyai sifat
seperti manusia atau benda
hidup
Contoh: - Sinar pagi membelai
daun.
- Baru 3 km berjalan mobilnya sudah batuk-batuk.
- Burung-burung itu menyanyi
dengan riangnya. 2. Metafora adalah majas yang
melukiskan sesuatu dengan
perbandingan langsung dan tepat
atas dasar sifat yang sama atau
hampir sama, tanpa kata
pembanding seperti atau sebagai di antara dua hal yang berbeda.
Contoh: - Raja siang telah pergi
keperaduannya. ( raja siang =
matahari )
- Dewi malam telah keluar dari
balik awan. ( dewi malam = bulan )
- Tulisan cakar ayam itu yidak
dapat dibaca. ( cakar ayam =
jelek) 3. Eufemisme ( ungkapan
pelembut ) adalah majas
perbandingan yang melukiskan
suatu benda dengan kata-kata
yang lebih lembut untuk
menggantikan kata-kata lain untuk sopan santun atau tabu-bahasa
(pantang)
Contoh: - para tunakarya perlu
perhatian yang serius dari
pemerintah.
- Pramuwisma bukan pekerjaan hina.
- Ayahnya sudah tidak berada di
tengah-tengah mereka.
- Kasihan, anak itu hilang akal
setelah kedua orang tuanya
meninggal dalam kecelakaan. 4. Sinekdokhe dibedakan
menjadi dua yaitu:
a. Pras pro toto adalah majas yang
melnyebutkan sebagian, tetapi
yang dimaksud adalah
seluruhnya. Contoh: - Dia mempunyai lima
ekor kuda.
- Sudah lama benar tidak tampak
batang hidungnya,
- Setiap kepala harus membayar
iuran seribu rupiah. b. Totem pro parte adalah majas
yang menyebutkan keseluruhan,
tetapi yang dimaksud sebagian.
Contoh: - Sekolah ini selalu
menjadi juara pertama
pertandingan basket antarpelajar. - Kaum wanita memperingati hari
Kartini.
- Indonesia menang 3-0 melawan
Malaysia dalam pertandingan
sepak bola tadi malam. 5. Alegori adalah majas
perbandingan yang
memperlihatkan suatu
perbandingan utuh,
perbandingan itu membentuk
kesatuan yang menyeluruh ( majas yang berupa suatu cerita
singkat dan mengandung kiasan
atau lambing.
Contoh: - Hidup ini
diperbandingkan dengan perahu
yang tengah berlayar di lautan. Suami = nahkoda
Istri = juru mudi
Topan, gelombang, batu karang, =
cobaan/ halangan dalam
kehidupan.
Tanah seberang = cita-cita hidup - Hidup ini diumpamakan seperti
biduk yang berada di tengah
lautan. Oleh karena itu, kita harus
berhati-hati dalam
mengemudikannya agar tidak
diterjang badai dan topan. 6. Hiperbola adalah majas yang
melukiskan dengan mengganti
peristiwa atau tindakan
sesungguhnya dengan kata-kata
yang lebih hebat pengertiannya
untuk menyangatkan arti ( majas yang melukiskan sesuatu dengan
peristiwa atau tindakan
sesungguhnya dengan pernyataan
yang berlebih-lebihan.
Conroh: - Kakak membanting
tulang demi menghidupi keluarganya.
- Gantungkan cita-citamu setinggi
langit.
- Suaranya menggelegar
membelah angkasa. 7. Simbolik adalah majas
perbandingan yang melukiskan
sesuatu dengan
memperbandingkan benda-
benda lain sebagai simbul atau
pelambang. Contoh: - Dari dulu tetap saja ia
menjadi lintah darat. ( lintah
darat = lambing pemeras,
pemakan riba). 8. Litotes ( hiperbola negatif )
adalah majas yang melukiskan
keadaan dengan kata-kata yang
berlawanan artinya dengan
kenyataan yang sebenarnyaa guna
merendah diri. Contoh: Prjuangan kami hanyalah
setitik air dalam samudera luas. 9. Alusio adaalah majas yang
mempergunakan ungkapan
peribahasa, atau kata-kata yang
artinya diketahui umum.
Contoh: Ah, dia itutong kosong
nysring bunyinya. Rupanya Ahmad makan tangan
hari ini hingga membuat iri
teman-temannya. 10. Asosiasi adalah majas yang
memperbandingkan sesuatu
dengan keadaan lain karena
adanya persamaan sifat.
Contoh: Wajahnya muram bagai
bulan kesiangan. 11. Perifrasis adalah majas yang
melukiskan sesuatu dengan
menguraikan sepatah kata
menjadi serangkaian kata yang
mengandung arti yang sama
dengan kata yang digantikan itu. Contoh: Petang barulah dia
pulang.
Menjadi Ketika matahari hilang di
balik gunung barulah ia pulang.
12. Metonemia adalah majas yang
menggunakan merk dagang atau nama barang untuk melukiskan
sesuatu yang dipergunakan atau
dikerjakan sehingga kata itu
berasosiasi dengan benda
keseluruhan.
Contoh: Kemarin ia memakai Fiat , sekarang naik Kijang ( merk
mobil ) 13. Antonomasia adalah majas
yang meyebutkan nama lain
terhadp seseorang berdasarkan
cirri atau sifat yang menonjol
yang dimilikinya.
Contoh: Si pincang, si jangkung, si keriting, dsb. 14. Tropen adalah majas yang
melukiskan sesuatu dengan
membandingkan sesuatu
pekerjaan atau perbuatan dengan
kata-kata lain yang mengandung
pengertian yang sejalan dan sejajar.
Contoh: Setiap malam ia menjual
suaranya untuk nafkah anak dan
istrinya. 15. Parabel adalah majas dengan
menggunakan perumpamaan
dalam hidup.
Majas ini terkandung dalam
seluruh isi karangan.
Contoh: Bhagawat Gita, Mahabarata, Bayan Budiman
1. Ironi adalah majas sindiran yang
melukiskan sesuatu yang
menyatakan sebaliknya dari apa
yang sebenarnya dengan maksud
untuk menyindir orang. Contoh: Harun benar sore ini! 2. Sinisme adalah gaya sindiran
dengan menggunakan kata-kata
sebaliknya seperti ironi tetapi
kasar.
Contoh: Itukah yang dinamakan
bekerja. 3. Sarkasme adalah majas
sindiran yang terkasar serta
langsung menusuk perasaan.
Contoh: Otakmu memang otaku
dang! C. Majas penegasan:
1. Pleonasme adalah majas
penegasan yang menggunakan
sepatah kata yang sebenarnya
yang tidak perlu dikatakan lagi
karena arti kata tersebut sudah terkandung dalam kata yang
diterangk
Contoh: - Saya telah menyaksikan
dengan peristiwa itu dengan
mata kepala saya sendiri
- Tubuhnya berlumuran darah yang berwarna merah.
- Salju putih sudah mulai turun ke
bawah. 2. Repetisi adalah majas
penegasan yang melukiskan
sesuatu dengan mengulang kata
atau beberapa kata berkali-kali,
yang biasanya dipergunakan
dalam pidato. Contoh: Kita junjung dia sebagai
pemimpin, kita junjung dia
sebagai pelindung, kita junjung
dia sebagai pembebas kita. 3. Pararelisme adalah majas
penegasan seperti repetisi tetapi
dipakai dalam puisi.
Pararelisme dibagi menjadi:
a. Anafora adalah bila kata atau
frase yang diulang terletak di awal kalimat.
Contoh: Kalau `lah diam malam
yang kelam
Kalau` lah tenang sawang yang
lapang
Kalau`lah lelap orang dilawang b. Epifora adalah bila kata atau
frase yang diulang terletak di
akhir kalimat atau lirik.
Contoh: Kalau kau mau, aku akan
datang.
Jika kau kehendaki aku akan datang
Bila kau minta, aku akan datang
Disamping itu, adapun yang
memperlihatkan penggunaan
anaphora dan epifora dan
sekaligus. Contoh: Kami jemu pada lagu
Kami benci pada lagu
Kami runtuh karena lagu
( “Suara dari Sudut Gelita”, oleh
Muhammad Ali ) 4. Tautologi adalah majas
penegasan yang melukiskan suatu
dengan mempergunakan kata-kata
yang sama artinya ( bersinonim )
untuk mempertegas arti.
Contoh: Saya khawatir serta was- was akan keselamatannya. 5. Simetri adalah majas
penegasan yang melukiskan suatu
dengan mempergunakan satu
kata, kelompok kata atau kalimat
yang diikuti oleh kata, kelompok
kata atau kalimat yang seimbang artinya dengan yang pertama.
Contoh: Kakak berjalan tergesa-
gesa, seperti orang dikejar anjing
gila. 6. Enumerasio adalah majas
penegasan yang melukiskan
beberapa peristiwa membentuk
satu kesatuan yang dituliskan satu
per satu supaya tiap-tiap
peristiwa dalam keseluruhannya tampak jelas.
Contoh: Angin berhembus, laut
tenang, bulan memancar lagi. 7. Klimaks adalah majas
penegasan dengan menyatakan
beberapa hal berturut-turut
dengan menggunakan urutan kata-
kata yang makin lama makin
memuncak pengertiannya. Contoh: - Menyemai benih,
tumbuh hingga menuainya, aku
sendiri yang mengerjakannya.
- Anak-anak, remaja, dewasa
datang menyaksikan film “Saur
Sepuh.” 8. Antiklimaks adalah majas
penegasan dengan beberapa hal
berturut-turut dengan
menggunakan urutan kata-kata
yang makin melemah
pengertiannya. Contoh: Jangankan seribu, atau
seratus, serupiah pun tak ada. 9. Retorik adalah majas
penegasan dengan
mempergunakan kalimat Tanya
yang sebenarnya tidak
memerlukan jawaban karean
sudah diketahuinya. Contoh: Mana mungkin orang mati
hidup kembali? 10. Koreksio adaalah majas
penegasan berupa membetulkan
(mengoreksi) kembali kata- kata
yang salah diucapkan, baik
disengaja maupun tidak,
Contoh: Hari ini sakit ingatan , eh … maaf, sakit kepala maksudku. 11.Asidenton adalah majas
penegasan yang menyebutkan
beberapa benda, hal atau keadaan
secara berturut-turut tanpa
memakai kata penghubung.
Contoh: kemeja, sepatu, kaos kaki, dibelinya di took itu. 12. Polisidenton adalah majas
penegasan yang menyatakan
beberapa benda, orang, hal atau
keadaan secara berturut-turut
dengan memakai kata
penghubung. Contoh: Dia tidak tahu, tetapi
tetap saja ditanyai, akibatnya dia
marah-marah. 13. Eklamasio adaalah majas
penegasan yang memakai kata-
kata seru sebagai penegas.
Contoh: Amboi, indahnya
pemandangan ini!
14. Praeterito adalah majas penegasan yang melukiskan
sesuatu dengan menyembunyikan
atau merahasiakan sesuatu dan
pembaca harus menerka apa yang
disembunyikan itu.
Contoh: Tidaak usah kau sebut namanya, aku sudah tahu siapa
penyebab kegaduhan itu.
15. Interupsi adalah majas
penegasan yang mempergunakan
kata-kata atau bagian kalimat yang
disisipkan di antara kalimat pokok guna lebih menjelaskan
dan menekankan bagian kalimat
sebelumnya.
Contoh: Aku, orang yang sepuluh
tahun bekerja di sini, belum
pernah dinaikkan pangkatku. D. Majas pertentangan
1. Antitesis adalah majas
pertentangan yang melukiskan
sesuatu dengan mempergunakan
kepaduan kata-kata yang
berlawanan arti. Contoh: Cantik atau tidak, kaya
atau miskin, bukanlah suatu
ukuran nilai seseorang wanita. 2. Paradoks adalah majas
pertentangan yang melukiskan
sesuatu seolah-olah
bertentangan, padahal maksud
sesungguhnya tidak karena
objeknya bertalian. Contoh: Hatinya sunyi tinggal di
kota Jakarta yang ramai. 3. Okupasi adalah majas
pertentangan yang melukiskan
sesuatu dengan bantahan, tetapi
kemudian diberi penjelasan atau
diakhiri dengan kesimpulan.
Contoh : Merokok itu merusak kesehatan, akan tetapi si perokok
tak dapat menghentikan
kebiasaannya. Maka muncullah
pabrik-pabrik rokok karena
untungnya banyak. 4. Kontradiskio interminis adalah
majas pertentangan yang
memperlihatkaentangan
dengan penjelasan semua
Contoh: Semua murid kelas ini
hadir, kecuali si Hasan yang sedang ikut jam zahra's Bp di 18.55 Peribahasa H. Peribahasa
Peribahasa adalah bahasa berkias
berupa kalimat atau kelompok
kata yang tetap susunannya.
Peribahasa dalam bahasa
Indonesia dibagi menjadi 3 yaitu: A. Pepatah
B. Perumpamaan
C. Pemeo Pepatah adalah sejenis
peribahasa yang berisi nasihat
atau ajaran dari orang tua.
Contoh:
1. Bayang-bayang sepanjang
badan: apa yang dikerjakan hendaknya disesuaikan dengan
kekuatan diri sendiri
2. Tak ada gading yang tak retak:
semua orang atau sesuatu itu
tentu ada kurang atau celanya
meskipun hanya sedikit. 3. Panas setahun dihapuskan oleh
hujan sehari: kebaikan yang
banyak itu hilang oleh kesalahan
yang sedikit.
4. Tiada rotan akar pun jadi: jika
tidak ada yang baik, yang kurang baik pun dapat digunakan.
5. Mati semut karena gula:
manusia dapat dikuasai dengan
kata-kata manis. Perumpamaan ialah sejenis
peribahasa yang berisi
perbandingan.
Biasanya menggunakan kata-kata:
seperti, sebagai, bagai, bak, dan
laksana. Contoh:
1. Mendengar berita itu hatinya
bagai diiris sembilu. = hati yang
sangat pedih.
2. Semenjak kejadian malam itu,
gadis itu bagai kucing dibawakan lidi. = orang yang berada dalam
ketakutan.
3. Jika ingin jadi manusi mulia,
belajarlah seperti ilmu padi, kian
berisi kian merunduk. = orang
yang berilmu tinggi tidak akan menyombongkan dirinya.
4. Shinta dan Shanti seperti
pinang dibelah dua, jarang orang
dapat membedakannya. = dua
orang yang serupa benar.
5. Baginya gadis itu seperti pungguk merindukan bulan. =
mengharapkan sesuatu yang tidak
mengkin tercapai.
Pemeo ialah jenis peribahasa
yang dijadikan semboyan.
Contoh: 1. Kamu harus sabar, harus patah
sayap bertongkat paruh. = tidak
mudah putus asa.
2. Daripada hidup bercermin
bangkai, lebih baik mati
berkalang tanah. = daripada hidup menanggung malu, lebih baik
mati.
3. Ringan sama dijinjing, berat
sama dipikul. = laba sama dibagi,
rugi sama dipikul.
4. Esa hilang, dua terbilang. = tetap hati mengerjakan suatu
pekerjaan yang berbahaya.
Tak emas bungkal diasah, tak air
taalang dipancung. = segala daya
upaya dilakukan, asal yang dicita-
citakan berhasil. H. Ungkapan Ungkapan atau idiom ialah bentuk
bahasa berupa gabungan kata
(frasa) yang maknanya sudah
menyatu dan tidak dapat
ditafsirkan dengan makna unsur
yang membentuknya. Dalam bahasa Indonesia, idiom
dibagi atas beberapa jenis
sebagai berikut:
1. Idiom dengan menyebutkan
bagian tubuh.
Contoh: a. Selesaikan masalah itu dengan
kepala dingin!
( kepala dingin = pikiran yang
tenang )
b. Denny kelihatan berat hati
meninggalkan tanah kelahirannya. ( berat hati = bimbang ) 2. Idiom yang berhubungan
dengan indra.
Contoh:
a. Jangan bermuka masam terus
nanti kelihatan tua!
( muka masam = murung ) b. Semenjak perusahaannya
mengalami pailit, dia kelihatan
sempit hati.
(sempit hati = lekas marah )
3. Idiom dengan nama warna.
Contoh: a. Gadis itu tampak merah muka
jika bertemu dengan pemuda
idamannya.
( merah muka = kemalu-maluan )
b. Kasus pencurian kemarin
diajukan ke meja hijau. ( meja hijau = pengadilan )
4. Idiom dengan nama benda-
benda alam.
Contoh:
a. Sekarang keluarga Pak Joko jadi
bumi langit di kampung ini. ( jadi bumi langit = orang yang
selalu diharapkan
pertolongannya)
b. Karena salah air, anak itu jadi
nakal.
( salah air = salah didikan ) 5. Idiom dengan nama binatang.
Contoh:
a. Amin selalu menjadi kambing
hitam di kelasnya.
( kambing hitam = orang yang
dipersalahkan ) b. Karena berotak udang, Darman
jarang sekali naik kelas.
( berotak udang = bodoh )
6. Idiom dengan nama bagian
tumbuh-tumbuhan.
Contoh: a. Semenjak musibah itu,
sekarang Heny hidup sebatang
kara.
( sebatang kara = hidup seorang
diri )
b. Buku ini merupakan buah pena penulis yang sangat dikagumi
banyak orang.
( buah pena = karangan )
7. Idiom dengan nama bilangan.
Contoh:
a. Kita harus bersatu padu jika ingin menang dalam
pertandingan nanti.
( bersatu padu = benar-benar
bersatu )
b. Karya seni itu tiada duanya di
Negara ini. ( tiada duanya = tidak ada
bandingnya ) zahra's Bp di 18.52 Perubahan Makna 3. Makna Leksikal dan Makna
Gramatikal
1. Makna leksikal adalah makna
kata yang kurang lebih bersifat
tetap dapat juga dikatakan bahwa
makna leksikal sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil
observasi alat indera atau makna
yang sungguh ada dalam
kehidupan kita.
Contoh: tikus ( Tikus itu dimakan
kucing ). 2. Makna gramatikal adalah makna
kata yang muncul akibat peristiwa
gramatikal (ketatabahasaan ).
Makna gramatikal ini biasa
timbul, karena:
a. Urutan kata Toni mengajak Tina pergi
Tina mengajak Toni pergi
b. Intonasi
Toni pergi.
Toni pergi?
c. Bentuk kata Tono tidur di aula.
Toni tertidur di aula.
d. kata tugas
Toni makan dan minum di sini.
Toni makan atau minum di sini. 3. Makna denotasi adalah makna
yang sebenarnya, baik sebagai
kata lepas maupun dalam
kalimat.
Contoh: Saya terjatuh dari pohon.
Mereka sedang makan nasi. 4. Makna konotasi adalah makna
yang memerlukan berbagai
penafsiran ( makna ganda ).
Dengan kata lain makna konotasi
mendukung makna tidak
sebenarnya. A. Istilah dan Kata
Istilah adalah kata atau gambaran
kata yang dengan cermat
mengungkapkan suatu konsep-
konsep, proses, keadaan, atau
sifat yang khas dalam bidang tertentu.
Untuk memahami istilah yang
dipakai dalam suatu kalimat, kita
harus tahu arti dan
penggunaannya.
Misalnya: Kita perlu mengadakan diversifikasi tanaman untuk
meningkatkan hasil pertanian
kita.
Para siswa sedang
mengidentifikasi data angket
yang akan diteliti. Ibu yang sedang sakit itu
diperiksa urinenya. B. Perubahan Makna
Kata-kata dalam bahasa tertentu
mengalami perubahan arti.
Ada 6 jenis perubahan arti yaitu:
1. Meluas ( generalisasi ) adalah
makna kata sekarang lebih luas daripada makna asalnya.
Contoh:
Kata Makna Dasar Makna Sekarang
Bapak Orang tua laki-laki Semua
laki-laki yang sudah tua atau
tinggi kedudukannya Ibu Orang tua perempuan Semua
perempuan yang sudah tua atau
tinggi kedudukannya
Saudara Anak sekandung Semua
orang sederajat 2. Menyempit ( spesialisasai )
adalah makna sekarang lebih
sempit daripada makna asalnya.
Contoh:
Kata Makna Dasar Makna Sekarang
Sarjana Orang pandai Lulusan perguruan tinggi
Madrasah Sekolah Sekolah agama
pembantu Orang yang membantu
Pelayan rumah tangga
3. Amelioratif (membaik) adalah
makna kata sekarang lebih baik daripada makna kata asalnya.
Contoh:
Kata dahulu kata Sekarang
Perempuan Wanita
Pemberian anugerah
Anak laki-laki putra 4. Peyoratif adalah makna
sekarang lebih jelek daripada
makna asalnya.
Contoh: kawin, gerombolan,
oknum, perempuan dsb. 5. Sinestesia adalah makna kata
yang timbul karena tanggapan dua
indera yang berbeda.
Contoh:
Kata-katanya pedas. (pencecap ke
pendengaran) Lagunya enak didengar.
(pencecap ke pendengaran)
Suaranya lembut. (peraba ke
pendengaran)
6. Asosiasi adaalah makna kata
yang timbul karena persamaan sifat.
Contoh: Hati-hati menghadapi
tukang catut di bioskop itu.
Kata Makna Baru (asosiasi/kias)
Amplop Uang sogok
Bunga Gadis cantik putih Suci, bersih C. Hubungan Makna
1. Sinonim adalah kata-kata yang
memiliki kesamaan atau
kemiripan makna.
Contoh: siuman = sadar
datang = tiba = sampai 2. Antonim adalah kata-kata yang
memiliki makna berlawanan.
Contoh:
besar – kecil
atas - bawah
siang - malam Antonim dibedakan menjadi:
a. Antonim kembar : putra-putri,
dewa-dewi, pemuda-pemudi.
b. Antinim gradual : panjang -
pendek, tinggi- rendah, tua–
muda. c. Antonim relasional : suami-
istri, guru-murid, penjual-
pembeli.
d. Antonim majemuk : emas-
perak, gelang-kalung, pintu-
jendela dsb. e. Antonym hierarkis : jendral-
kopral, kilometer-meter dsb. 3. Polisemi adalah suatu kata yang
memiliki makna ganda.
Namun demikian, di antara makna
tersebut masih terdapat
hubungan makna.
Contoh: Anak saya sakit. ( keturunan )
Ia anak buahku. ( bawahan )
Hati-hati,anak tangga itu rapuh.
( bagian tangga yang diinjak )
4. Hiponim adalah suatu kata yang
maknanya telah tercakup oleh kata yang lain. zahra's Bp di 18.50 Bahasa Baku & Reduplikasi
(Kata Ulang) A. Kata Ulang (Reduplikasi)
Kata ulang atau reduplikasi adalah
kata jadian yang terbentuk dengan
pengulangan kata.
1. Bentuk kata ulang antara lain:
a. Kata ulang murni atau pengulangan seluruh atau
dwilingga, yaitu pengulangan
seluruh kata dasar.
Contoh : ibu-ibu hitam-hitam
kuda-kuda danau-danau
b. Kata ulang berimbuhan atau kata ulang sebagian, yaitu bentuk
pengulangan kata dengan
mendapat awalan, sisipan,
akhiran atau gabungan imbuhan
sebelum atau sesudah kata
dasarnya diulang. Contoh : berlari-lari bermain-
main
menari-nari hormat-menghormati
bunga-bungaan kekanak-kanakan
c. Kata ulang berubah bunyi atau
bervariasi fonem, baik vokal maupun konsonan.
Contoh : lauk-pauk
serta-merta
warna-warni
gerak-gerik
mondar-mandir d. Kata ulang suku awal atau
dwipurwa, yaitu bentuk
pengulangan suku pertama kata
dasarnya, biasanya disertai
variasi.
Contoh : lelaki laki-laki ~ lelaki
sesama
sama-sama ~ sesama
tetangga
tangga-tangga ~ tetangga
Keterangan: 1. Selain bentuk kata ulang di atas,
terdapat kata ulang semu atau
kata dasar berulang.
Contoh : cumi-cumi paru-paru
laba-laba pura-pura
biri-biri kura-kura kupu-kupu kunang-kunang
2. Makna kata ulang menyatakan
banyak tak tentu.
Contoh : gunung-gunung
daerah-daerah
gerak-gerik rumah-rumah
pepohonan
3. Menyatakan sangat.
Contoh :
rajin-rajin besar-besar
kuat-kuat manis-manis 4. Menyatakan saling, berbalasan
atau pekerjaan dilakukan oleh dua
pihak.
Contoh : kunjung-mengunjungi
tuduh-menuduh 5. Menyatakan paling atau
intensitas.
Contoh : setinggi-tingginya
sebanyak-banyaknya
sebaik-baiknya
6. Menyatakan tiruan atau menyerupai.
Contoh : orang-orangan
siku-siku
rumah-rumahan
7. Menyatakan bersenang-senang
atau santai. Contoh : duduk-duduk minum-
minum
membaca-baca tidur-tiduran
berjalan-jalan berbaring-baring 2. Kata Baku dan Tidak Baku Bahasa baku ( kata baku ) adalah
bahasa atau kata yang mengikuti
ragam atau kaidah yang telah
ditentukan atau telah dilazimkan
berdasarkan ejaan yang telah
disempurnakan. Fungsi bahasa baku adalah:
1. Fungsi pemersatu
2. Fungsi pemberi kekhasan
3. Fungsi pembawa kewibawaan
4. Fungsi sebagai kerangka acuan
Ciri-ciri bahasa baku: 1. Kemantapan dinamis
2. Kecendikiaan
3. Keragaman kaidah Penggunaan bahasa baku:
1. Alat komunikasi resmi, seperti
dalam upacara kenegaraan, rapat
dinas, administrasi
pemerintahan, surat-menyurat
resmi, perundang-undangan, dan sebagainya.
2. Sebagai bahasa pengantar
dalam bidang pendidikan dan
pengajaran.
3. Bahasa dalam wacana teknis,
seperti laporan kegiatan, laporan penelitian, usulan proyek,
karangan ilmiah, lamaran
pekerjaan, seminar ilmiah,
makalah ilmiah, artikel/karangan
tentang sesuatu ilmu yang ditulis
dalam majalah atau buku, dan sebagainya.
4. Alat pembicaraan dengan
orang-orang yang patut dihormati
dan/atau orang-orang yang belum
atau baru saja dikenal.
Contoh: KATA TIDAK BAKU KATA BAKU KATA
TIDAK BAKU KATA BAKU
konsekwensi konsekuensi
kampak Kapak
sistim Sistem samudra Samudera
praktek Praktik varitas Faritas apotik apotek ujud Wujud
nasehat Nasihat sodara Saudara
hakekat Hakikat tehnik Teknik
ijasah Ijazah analisa Analisis
menejemen Manajemen ketemu
Bertemu jadual Jadwal kebalik Terbalik
bis Bus gimana Bagaimana
diagnosa diagnosis nggak, enggak
Tidak
gubug Gubuk kasih, ngasih
memberi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar