Cari Blog Ini

Jumat, 14 Juni 2013

Chord & Lyrics Lagu Cakra khan - Lelah

Lirik Lagu dan Chord Gitar Cakra
Khan – Lelah Lyrics Intro : A# Gm D# F
A# Gm D# F
A#
Rindu ini
Gm
Takkan mati D# F
Walaupun apa yang terjadi
A#
Oh Akankah
Gm
Sang mentari D# F
Sampaikan Ceritaku ini D#
Aku lelah
G#
Dan teramat lelah
A# F
Menanggung Beban Gm F
Sendiri
D#
Aku lelah
D#m
Ku teramat lelah Jeda : D#m F A#
F Gm F D# Cm Fm
Uuu.......
Iyee A# F
Biarkan bintang
Gm
Tak terangi
Cm G Cm F
Asalkan kau.. ada di sini A# F Gm F
Akan ku lakukan semua
D#
Sgala yang kau minta
D#m A#
Agar kau bahagia F A# F Gm
Luka ini Tak sakiti
Dm D# F
Kan kurasakan sampai mati D#
Aku lelah
G#
Dan teramat lelah
A# F
Menanggung Beban Gm F
Sendiri
D#
Aku lelah
D#m F
Ku teramat lelah A# F
Biarkan bintang
Gm
Tak terangi
Cm G Cm F
Asalkan kau.. ada di sini A# F Gm F
Akan ku lakukan semua
D#
Sgala yang kau minta
D#m A#
Ingin kau bahagia A# F Gm
Lelahku mengerti disini
Cm G Cm F
Ditemani bulan dan mentari..
A# F Gm F
Dengan cinta yang tulus dan suci D#
Rasa lelah ini
D#m A#
Kan Sangat berarti Gm F
Heiii..
D#
Oohh... D#
Aku lelah
G#
Dan teramat lelah Outro : F A# A#m Gm Cm D# F A#

Kamis, 13 Juni 2013

Pengertian dan Ciri Paragraf Argumentasi

Karangan Argumentasi Pengertian dan Ciri Cirinya - Argumentasi adalah tulisan yang bertujuan menyakinkan atau membujuk pembaca tentang pendapat atau penyataan penulis (Semi, 2003:47). Menurut Widyamartaya (1992:9-10), argumentasi bertujuan menyampaikan gagasan berupa data, bukti hasil penalaran, dan sebagainya dengan maksud untuk menyakinkan pembaca tentang kebenaran pendirian atau kesimpulan pengarang atau untuk memperoleh kesepakatan pembaca tentang maksud pengarang. Tujuan utama karangan ini adalah untuk menyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu dokrin, sikap, dan tingkah laku tertentu. Adapun ciri-ciri karangan narasi menurut Finoza (2004:207), yaitu 1. Mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya; 2. Mengusahakan suatu pemecahan masalah; dan 3. Mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai suatu penyelesaian. Menurut Semi (2003:48), ciri-ciri pengembangan karangan argumentasi-sekaligus merupakan juga ciri pembeda dengan ekposisi adalah sebagai berikut. 1. Bertujuan menyakinkan orang lain (ekposisi memberi informasi); 2. Berusaha membuktikan suatu penyataan atau pokok persoalan (ekposisi hanya menjelaskan); 3. Menggugah pendapat pembaca (ekposisi meyerahkan keputusan kepada pembaca); dan 4. Fakta yang ditampilkan merupakan bahan pembuktian (ekposisi menggunakan fakta sebagai alat mengkongkretkan). Berdasarkan pendapat di atas, argumentasi merupakan karangan yang berusaha menjelaskan suatu masalah dengan menyajikan alasan-alasan. Ketika mengembangan karangan ini, Penulis harus menganalisis dan menjelaskan suatu masalah secara terperinci dan mendalam, alasan- alasan yang dikemukakan harus didukung dengan bukti-bukti yang menyakinkan. Dengan kata lain, argumen adalah suatu proses benalar. Pengarang dapat dapat menggunakan penalarannya dengan metode deduktif induktif. Deduktif merupakan metode benalar yang bergerak dari hal-hal yang bersifat umum ke hal-hal atau pernyataan yang bersifat khusus. Sebaliknya, induktif adalah metode benalar yang dimulai dengan mengemukakan penyatan yang bersifat khusus kemudian diiringi dengan kesimpulan umum. Pengarang dapat mengajukan penalarannya berdasarkan contoh-contoh, analogi, akibat ke sebab, sebab ke akibat, dan pola-pola deduktif ke induktif. Karangan Argumentasi dan ekposisi merupakan bentuk atau jenis tulisan yang paling banyak digunakan di dalam tulisan-tulisan ilmiah. Karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat atau kesimpulan dengan data atau fakta sebagai alasan atau bukti. Dalam karangan ini, pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan merupakan penyokong opini tersebut. Daftar Pustaka Semi, M. Atar. 2003. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya. Finoza, Lamuddin. 2004. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia. Widyamartaya, A. 1992. Seni Menuangkan Gagasan. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Karnisius. Terimakasih sudah membaca postingan Karangan Argumentasi Pengertian dan Ciri Cirinya

Konjungsi Dalam Bahasa Indonesia

Konjungsi Korelatif J. Konjungsi (Kata Sambung)
Konjungsi adalah kata tugas yang
menghubungkan dua klausa atau
lebih.
Konjungsi disebut juga dengan
istilah kata sambung, kata hubung, dan kata penghubung. Jenis-jenis konjungsi:
1. Konjungsi antarklausa, dibagi
menjadi 3 jenis yaitu:
a. Konjungsi koordinatif adalah
konjungsi yang menghubungkan
dua klausa atau lebih yang memiliki status sintaksis yang
sama. ( =konjungsi setara )
Macam-macam:
- dan (menyatakan penambahan)
- tetapi ( menyatakan perlawanan)
- atau ( menyatakan pemilihan ) b. Konjungsi subordinatif yaitu
konjungsi yang menghubungkan
dua klausa atau lebih yang
memiliki status sintaksis yang
tidak sama. (=konjungsi
bertingkat ) Macam-macamnya:
- sesudah, setelah, sebelum,
sehabis, sejak, selesai, ketika,
tatkala, sewaktu, sementara,
sambil, seraya, selagi, selama,
hingga, sampai (menyatakan waktu).
- Jika, kalau, jikalau, asal(kan),
bila, manakala ( menyatakan
syarat ).
- Andaikan, seandainya, andaikata,
umpamanya, sekiranya ( menyatakan pengandaian ).
- agar, supaya, biar ( menyatakan
tujuan )
- biarpun, meskipun, sekalipun,
walaupun, sungguhpun,
kendatipun ( menyatakan konsesif ).
- seakan-akan, seolah-olah,
sebagaimana, seperti, sebagai,
laksana ( menyatakan pemiripan ).
- sebab, karena, oleh karena
( menyatakan sebab ) - hingga, sehingga, sampai(-
sampai), maka(nya) ( menyatakan
akibat ).
- bahwa ( menyatakan
penjelasan ). c. Konjungsi korelatif adalah
konjungsi yang menghubungkan
dua kata, frasa, atau klausa dan
kedua unsure itu memiliki status
sintaksis yang sama.
Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh
salah satu kata, frasa, atau klausa
yang dihubungkan. Macam-macamnya:
- baik … maupun …
- tidak hanya …, tetapi ( …) juga …
- bukan hanya …, melainkan …
- (se)demikian (rupa) …
sehingga… - apa(kah) … atau …
- entah … entah …
- jangankan …, …pun … Perhatikan contoh berikut!
1. Baik Andi maupun Toni ingin
kursus piano.
2. Tidak hanya kehilangan rumah,
tetapi ia juga kehilangan seluruh
keluarganya. 3. Kakaknya belajar demikian
tekun, sehingga ia dapat
peringkat pertama.
4. Entah ditanggapi entah tidak, ia
akan mengajukan usul itu.
5. Jangankan teriak, berbicara pun suaranya tidak bias keluar. 2. Konjungsi Antarkalimat yaitu
konjungsi yang menghubungkan
satu kalimat dengan kalimat yang
lain.
Oleh karena itu, konjungsi ini
selalu memulai satu kalimat yang baru dan huruf pertamanya ditulis
dengan huruf capital. Macam-macamnya:
- biarpun demikian/begitu,
sekalipun demikian/begitu,
sungguhpun demikian/begitu,
walaupun demikian/begitu,
meskipun demikian/begitu ( menyatakan kesediaan untuk
melakukan sesuatu )
- kemudian, sesudah itu, setelah
itu, selanjutnya, tambahan pula,
lagi pula, selain itu ( menyatakan
adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain di luar hal yang telah
dinyatakan sebelumnya ).
- sebaliknya ( menyatakan
kebalikan dari pernyataan
sebelumnya ).
- sesungguhnya, bahwasannya ( menyatakan keadaan yang
sebenarnaya ).
- malahan, bahkan ( menyatakan
menguatkan keadaan yang
dinyatakan sebelumnya).
- akan tetapi, namun, kecuali itu ( menyatakan pertentangan
dengan keadaan sebelumnya ).
- dengan demikian ( menyatakan
konsekuensi )
- oleh karena itu, oleh sebab itu
( menyatakan akibat ) - sebelum itu ( menyatakan
kejadian yang mendahului hal
yang dinyatakan sebelumnya ) 3. Konjungsi Antarparagraf yaitu
konjungsi yang digunakan untuk
menghubungkan paragraf tempat
konjungsi itu dipakai dengan
paragraf sebelumnya.
Konjungsi antarparagraf pada umumnya terletak pada awal
paragraf.
Macam-macamnya:
- adapun
- akan hal
- mengenal - dalam pada itu Selain keempat konjungsi
antarparagraf tersebut terdapat
juga konjungsi antarparagraf
berikut:
- alkisah
- arkian - sebermula
- syahdan zahra's Bp di 18.55 Gaya Bahasa/Majas I. Majas/Gaya Bahasa
Majas adalah bahasa kias yang
dapt menghidupkan dan
meningkatkan efek atau kesan
menimbulkan konotasi tertentu.
Kesan yang terdapat dalam suatu majas disebabkan adanya
perbandingan suatu benda atau
hal tertentu dengan benda atau
hal lain yang lebih umum. Macam-macam majas:
A. Majas perbandingan:
1. Personifikasi adalah majas yang
melukiskan sesuatu dengan
mengkaitkan sifat-sifat manusia
pada benda-benda mati sehingga seolah-olah mempunyai sifat
seperti manusia atau benda
hidup
Contoh: - Sinar pagi membelai
daun.
- Baru 3 km berjalan mobilnya sudah batuk-batuk.
- Burung-burung itu menyanyi
dengan riangnya. 2. Metafora adalah majas yang
melukiskan sesuatu dengan
perbandingan langsung dan tepat
atas dasar sifat yang sama atau
hampir sama, tanpa kata
pembanding seperti atau sebagai di antara dua hal yang berbeda.
Contoh: - Raja siang telah pergi
keperaduannya. ( raja siang =
matahari )
- Dewi malam telah keluar dari
balik awan. ( dewi malam = bulan )
- Tulisan cakar ayam itu yidak
dapat dibaca. ( cakar ayam =
jelek) 3. Eufemisme ( ungkapan
pelembut ) adalah majas
perbandingan yang melukiskan
suatu benda dengan kata-kata
yang lebih lembut untuk
menggantikan kata-kata lain untuk sopan santun atau tabu-bahasa
(pantang)
Contoh: - para tunakarya perlu
perhatian yang serius dari
pemerintah.
- Pramuwisma bukan pekerjaan hina.
- Ayahnya sudah tidak berada di
tengah-tengah mereka.
- Kasihan, anak itu hilang akal
setelah kedua orang tuanya
meninggal dalam kecelakaan. 4. Sinekdokhe dibedakan
menjadi dua yaitu:
a. Pras pro toto adalah majas yang
melnyebutkan sebagian, tetapi
yang dimaksud adalah
seluruhnya. Contoh: - Dia mempunyai lima
ekor kuda.
- Sudah lama benar tidak tampak
batang hidungnya,
- Setiap kepala harus membayar
iuran seribu rupiah. b. Totem pro parte adalah majas
yang menyebutkan keseluruhan,
tetapi yang dimaksud sebagian.
Contoh: - Sekolah ini selalu
menjadi juara pertama
pertandingan basket antarpelajar. - Kaum wanita memperingati hari
Kartini.
- Indonesia menang 3-0 melawan
Malaysia dalam pertandingan
sepak bola tadi malam. 5. Alegori adalah majas
perbandingan yang
memperlihatkan suatu
perbandingan utuh,
perbandingan itu membentuk
kesatuan yang menyeluruh ( majas yang berupa suatu cerita
singkat dan mengandung kiasan
atau lambing.
Contoh: - Hidup ini
diperbandingkan dengan perahu
yang tengah berlayar di lautan. Suami = nahkoda
Istri = juru mudi
Topan, gelombang, batu karang, =
cobaan/ halangan dalam
kehidupan.
Tanah seberang = cita-cita hidup - Hidup ini diumpamakan seperti
biduk yang berada di tengah
lautan. Oleh karena itu, kita harus
berhati-hati dalam
mengemudikannya agar tidak
diterjang badai dan topan. 6. Hiperbola adalah majas yang
melukiskan dengan mengganti
peristiwa atau tindakan
sesungguhnya dengan kata-kata
yang lebih hebat pengertiannya
untuk menyangatkan arti ( majas yang melukiskan sesuatu dengan
peristiwa atau tindakan
sesungguhnya dengan pernyataan
yang berlebih-lebihan.
Conroh: - Kakak membanting
tulang demi menghidupi keluarganya.
- Gantungkan cita-citamu setinggi
langit.
- Suaranya menggelegar
membelah angkasa. 7. Simbolik adalah majas
perbandingan yang melukiskan
sesuatu dengan
memperbandingkan benda-
benda lain sebagai simbul atau
pelambang. Contoh: - Dari dulu tetap saja ia
menjadi lintah darat. ( lintah
darat = lambing pemeras,
pemakan riba). 8. Litotes ( hiperbola negatif )
adalah majas yang melukiskan
keadaan dengan kata-kata yang
berlawanan artinya dengan
kenyataan yang sebenarnyaa guna
merendah diri. Contoh: Prjuangan kami hanyalah
setitik air dalam samudera luas. 9. Alusio adaalah majas yang
mempergunakan ungkapan
peribahasa, atau kata-kata yang
artinya diketahui umum.
Contoh: Ah, dia itutong kosong
nysring bunyinya. Rupanya Ahmad makan tangan
hari ini hingga membuat iri
teman-temannya. 10. Asosiasi adalah majas yang
memperbandingkan sesuatu
dengan keadaan lain karena
adanya persamaan sifat.
Contoh: Wajahnya muram bagai
bulan kesiangan. 11. Perifrasis adalah majas yang
melukiskan sesuatu dengan
menguraikan sepatah kata
menjadi serangkaian kata yang
mengandung arti yang sama
dengan kata yang digantikan itu. Contoh: Petang barulah dia
pulang.
Menjadi Ketika matahari hilang di
balik gunung barulah ia pulang.
12. Metonemia adalah majas yang
menggunakan merk dagang atau nama barang untuk melukiskan
sesuatu yang dipergunakan atau
dikerjakan sehingga kata itu
berasosiasi dengan benda
keseluruhan.
Contoh: Kemarin ia memakai Fiat , sekarang naik Kijang ( merk
mobil ) 13. Antonomasia adalah majas
yang meyebutkan nama lain
terhadp seseorang berdasarkan
cirri atau sifat yang menonjol
yang dimilikinya.
Contoh: Si pincang, si jangkung, si keriting, dsb. 14. Tropen adalah majas yang
melukiskan sesuatu dengan
membandingkan sesuatu
pekerjaan atau perbuatan dengan
kata-kata lain yang mengandung
pengertian yang sejalan dan sejajar.
Contoh: Setiap malam ia menjual
suaranya untuk nafkah anak dan
istrinya. 15. Parabel adalah majas dengan
menggunakan perumpamaan
dalam hidup.
Majas ini terkandung dalam
seluruh isi karangan.
Contoh: Bhagawat Gita, Mahabarata, Bayan Budiman
1. Ironi adalah majas sindiran yang
melukiskan sesuatu yang
menyatakan sebaliknya dari apa
yang sebenarnya dengan maksud
untuk menyindir orang. Contoh: Harun benar sore ini! 2. Sinisme adalah gaya sindiran
dengan menggunakan kata-kata
sebaliknya seperti ironi tetapi
kasar.
Contoh: Itukah yang dinamakan
bekerja. 3. Sarkasme adalah majas
sindiran yang terkasar serta
langsung menusuk perasaan.
Contoh: Otakmu memang otaku
dang! C. Majas penegasan:
1. Pleonasme adalah majas
penegasan yang menggunakan
sepatah kata yang sebenarnya
yang tidak perlu dikatakan lagi
karena arti kata tersebut sudah terkandung dalam kata yang
diterangk
Contoh: - Saya telah menyaksikan
dengan peristiwa itu dengan
mata kepala saya sendiri
- Tubuhnya berlumuran darah yang berwarna merah.
- Salju putih sudah mulai turun ke
bawah. 2. Repetisi adalah majas
penegasan yang melukiskan
sesuatu dengan mengulang kata
atau beberapa kata berkali-kali,
yang biasanya dipergunakan
dalam pidato. Contoh: Kita junjung dia sebagai
pemimpin, kita junjung dia
sebagai pelindung, kita junjung
dia sebagai pembebas kita. 3. Pararelisme adalah majas
penegasan seperti repetisi tetapi
dipakai dalam puisi.
Pararelisme dibagi menjadi:
a. Anafora adalah bila kata atau
frase yang diulang terletak di awal kalimat.
Contoh: Kalau `lah diam malam
yang kelam
Kalau` lah tenang sawang yang
lapang
Kalau`lah lelap orang dilawang b. Epifora adalah bila kata atau
frase yang diulang terletak di
akhir kalimat atau lirik.
Contoh: Kalau kau mau, aku akan
datang.
Jika kau kehendaki aku akan datang
Bila kau minta, aku akan datang
Disamping itu, adapun yang
memperlihatkan penggunaan
anaphora dan epifora dan
sekaligus. Contoh: Kami jemu pada lagu
Kami benci pada lagu
Kami runtuh karena lagu
( “Suara dari Sudut Gelita”, oleh
Muhammad Ali ) 4. Tautologi adalah majas
penegasan yang melukiskan suatu
dengan mempergunakan kata-kata
yang sama artinya ( bersinonim )
untuk mempertegas arti.
Contoh: Saya khawatir serta was- was akan keselamatannya. 5. Simetri adalah majas
penegasan yang melukiskan suatu
dengan mempergunakan satu
kata, kelompok kata atau kalimat
yang diikuti oleh kata, kelompok
kata atau kalimat yang seimbang artinya dengan yang pertama.
Contoh: Kakak berjalan tergesa-
gesa, seperti orang dikejar anjing
gila. 6. Enumerasio adalah majas
penegasan yang melukiskan
beberapa peristiwa membentuk
satu kesatuan yang dituliskan satu
per satu supaya tiap-tiap
peristiwa dalam keseluruhannya tampak jelas.
Contoh: Angin berhembus, laut
tenang, bulan memancar lagi. 7. Klimaks adalah majas
penegasan dengan menyatakan
beberapa hal berturut-turut
dengan menggunakan urutan kata-
kata yang makin lama makin
memuncak pengertiannya. Contoh: - Menyemai benih,
tumbuh hingga menuainya, aku
sendiri yang mengerjakannya.
- Anak-anak, remaja, dewasa
datang menyaksikan film “Saur
Sepuh.” 8. Antiklimaks adalah majas
penegasan dengan beberapa hal
berturut-turut dengan
menggunakan urutan kata-kata
yang makin melemah
pengertiannya. Contoh: Jangankan seribu, atau
seratus, serupiah pun tak ada. 9. Retorik adalah majas
penegasan dengan
mempergunakan kalimat Tanya
yang sebenarnya tidak
memerlukan jawaban karean
sudah diketahuinya. Contoh: Mana mungkin orang mati
hidup kembali? 10. Koreksio adaalah majas
penegasan berupa membetulkan
(mengoreksi) kembali kata- kata
yang salah diucapkan, baik
disengaja maupun tidak,
Contoh: Hari ini sakit ingatan , eh … maaf, sakit kepala maksudku. 11.Asidenton adalah majas
penegasan yang menyebutkan
beberapa benda, hal atau keadaan
secara berturut-turut tanpa
memakai kata penghubung.
Contoh: kemeja, sepatu, kaos kaki, dibelinya di took itu. 12. Polisidenton adalah majas
penegasan yang menyatakan
beberapa benda, orang, hal atau
keadaan secara berturut-turut
dengan memakai kata
penghubung. Contoh: Dia tidak tahu, tetapi
tetap saja ditanyai, akibatnya dia
marah-marah. 13. Eklamasio adaalah majas
penegasan yang memakai kata-
kata seru sebagai penegas.
Contoh: Amboi, indahnya
pemandangan ini!
14. Praeterito adalah majas penegasan yang melukiskan
sesuatu dengan menyembunyikan
atau merahasiakan sesuatu dan
pembaca harus menerka apa yang
disembunyikan itu.
Contoh: Tidaak usah kau sebut namanya, aku sudah tahu siapa
penyebab kegaduhan itu.
15. Interupsi adalah majas
penegasan yang mempergunakan
kata-kata atau bagian kalimat yang
disisipkan di antara kalimat pokok guna lebih menjelaskan
dan menekankan bagian kalimat
sebelumnya.
Contoh: Aku, orang yang sepuluh
tahun bekerja di sini, belum
pernah dinaikkan pangkatku. D. Majas pertentangan
1. Antitesis adalah majas
pertentangan yang melukiskan
sesuatu dengan mempergunakan
kepaduan kata-kata yang
berlawanan arti. Contoh: Cantik atau tidak, kaya
atau miskin, bukanlah suatu
ukuran nilai seseorang wanita. 2. Paradoks adalah majas
pertentangan yang melukiskan
sesuatu seolah-olah
bertentangan, padahal maksud
sesungguhnya tidak karena
objeknya bertalian. Contoh: Hatinya sunyi tinggal di
kota Jakarta yang ramai. 3. Okupasi adalah majas
pertentangan yang melukiskan
sesuatu dengan bantahan, tetapi
kemudian diberi penjelasan atau
diakhiri dengan kesimpulan.
Contoh : Merokok itu merusak kesehatan, akan tetapi si perokok
tak dapat menghentikan
kebiasaannya. Maka muncullah
pabrik-pabrik rokok karena
untungnya banyak. 4. Kontradiskio interminis adalah
majas pertentangan yang
memperlihatkaentangan
dengan penjelasan semua
Contoh: Semua murid kelas ini
hadir, kecuali si Hasan yang sedang ikut jam zahra's Bp di 18.55 Peribahasa H. Peribahasa
Peribahasa adalah bahasa berkias
berupa kalimat atau kelompok
kata yang tetap susunannya.
Peribahasa dalam bahasa
Indonesia dibagi menjadi 3 yaitu: A. Pepatah
B. Perumpamaan
C. Pemeo Pepatah adalah sejenis
peribahasa yang berisi nasihat
atau ajaran dari orang tua.
Contoh:
1. Bayang-bayang sepanjang
badan: apa yang dikerjakan hendaknya disesuaikan dengan
kekuatan diri sendiri
2. Tak ada gading yang tak retak:
semua orang atau sesuatu itu
tentu ada kurang atau celanya
meskipun hanya sedikit. 3. Panas setahun dihapuskan oleh
hujan sehari: kebaikan yang
banyak itu hilang oleh kesalahan
yang sedikit.
4. Tiada rotan akar pun jadi: jika
tidak ada yang baik, yang kurang baik pun dapat digunakan.
5. Mati semut karena gula:
manusia dapat dikuasai dengan
kata-kata manis. Perumpamaan ialah sejenis
peribahasa yang berisi
perbandingan.
Biasanya menggunakan kata-kata:
seperti, sebagai, bagai, bak, dan
laksana. Contoh:
1. Mendengar berita itu hatinya
bagai diiris sembilu. = hati yang
sangat pedih.
2. Semenjak kejadian malam itu,
gadis itu bagai kucing dibawakan lidi. = orang yang berada dalam
ketakutan.
3. Jika ingin jadi manusi mulia,
belajarlah seperti ilmu padi, kian
berisi kian merunduk. = orang
yang berilmu tinggi tidak akan menyombongkan dirinya.
4. Shinta dan Shanti seperti
pinang dibelah dua, jarang orang
dapat membedakannya. = dua
orang yang serupa benar.
5. Baginya gadis itu seperti pungguk merindukan bulan. =
mengharapkan sesuatu yang tidak
mengkin tercapai.
Pemeo ialah jenis peribahasa
yang dijadikan semboyan.
Contoh: 1. Kamu harus sabar, harus patah
sayap bertongkat paruh. = tidak
mudah putus asa.
2. Daripada hidup bercermin
bangkai, lebih baik mati
berkalang tanah. = daripada hidup menanggung malu, lebih baik
mati.
3. Ringan sama dijinjing, berat
sama dipikul. = laba sama dibagi,
rugi sama dipikul.
4. Esa hilang, dua terbilang. = tetap hati mengerjakan suatu
pekerjaan yang berbahaya.
Tak emas bungkal diasah, tak air
taalang dipancung. = segala daya
upaya dilakukan, asal yang dicita-
citakan berhasil. H. Ungkapan Ungkapan atau idiom ialah bentuk
bahasa berupa gabungan kata
(frasa) yang maknanya sudah
menyatu dan tidak dapat
ditafsirkan dengan makna unsur
yang membentuknya. Dalam bahasa Indonesia, idiom
dibagi atas beberapa jenis
sebagai berikut:
1. Idiom dengan menyebutkan
bagian tubuh.
Contoh: a. Selesaikan masalah itu dengan
kepala dingin!
( kepala dingin = pikiran yang
tenang )
b. Denny kelihatan berat hati
meninggalkan tanah kelahirannya. ( berat hati = bimbang ) 2. Idiom yang berhubungan
dengan indra.
Contoh:
a. Jangan bermuka masam terus
nanti kelihatan tua!
( muka masam = murung ) b. Semenjak perusahaannya
mengalami pailit, dia kelihatan
sempit hati.
(sempit hati = lekas marah )
3. Idiom dengan nama warna.
Contoh: a. Gadis itu tampak merah muka
jika bertemu dengan pemuda
idamannya.
( merah muka = kemalu-maluan )
b. Kasus pencurian kemarin
diajukan ke meja hijau. ( meja hijau = pengadilan )
4. Idiom dengan nama benda-
benda alam.
Contoh:
a. Sekarang keluarga Pak Joko jadi
bumi langit di kampung ini. ( jadi bumi langit = orang yang
selalu diharapkan
pertolongannya)
b. Karena salah air, anak itu jadi
nakal.
( salah air = salah didikan ) 5. Idiom dengan nama binatang.
Contoh:
a. Amin selalu menjadi kambing
hitam di kelasnya.
( kambing hitam = orang yang
dipersalahkan ) b. Karena berotak udang, Darman
jarang sekali naik kelas.
( berotak udang = bodoh )
6. Idiom dengan nama bagian
tumbuh-tumbuhan.
Contoh: a. Semenjak musibah itu,
sekarang Heny hidup sebatang
kara.
( sebatang kara = hidup seorang
diri )
b. Buku ini merupakan buah pena penulis yang sangat dikagumi
banyak orang.
( buah pena = karangan )
7. Idiom dengan nama bilangan.
Contoh:
a. Kita harus bersatu padu jika ingin menang dalam
pertandingan nanti.
( bersatu padu = benar-benar
bersatu )
b. Karya seni itu tiada duanya di
Negara ini. ( tiada duanya = tidak ada
bandingnya ) zahra's Bp di 18.52 Perubahan Makna 3. Makna Leksikal dan Makna
Gramatikal
1. Makna leksikal adalah makna
kata yang kurang lebih bersifat
tetap dapat juga dikatakan bahwa
makna leksikal sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil
observasi alat indera atau makna
yang sungguh ada dalam
kehidupan kita.
Contoh: tikus ( Tikus itu dimakan
kucing ). 2. Makna gramatikal adalah makna
kata yang muncul akibat peristiwa
gramatikal (ketatabahasaan ).
Makna gramatikal ini biasa
timbul, karena:
a. Urutan kata Toni mengajak Tina pergi
Tina mengajak Toni pergi
b. Intonasi
Toni pergi.
Toni pergi?
c. Bentuk kata Tono tidur di aula.
Toni tertidur di aula.
d. kata tugas
Toni makan dan minum di sini.
Toni makan atau minum di sini. 3. Makna denotasi adalah makna
yang sebenarnya, baik sebagai
kata lepas maupun dalam
kalimat.
Contoh: Saya terjatuh dari pohon.
Mereka sedang makan nasi. 4. Makna konotasi adalah makna
yang memerlukan berbagai
penafsiran ( makna ganda ).
Dengan kata lain makna konotasi
mendukung makna tidak
sebenarnya. A. Istilah dan Kata
Istilah adalah kata atau gambaran
kata yang dengan cermat
mengungkapkan suatu konsep-
konsep, proses, keadaan, atau
sifat yang khas dalam bidang tertentu.
Untuk memahami istilah yang
dipakai dalam suatu kalimat, kita
harus tahu arti dan
penggunaannya.
Misalnya: Kita perlu mengadakan diversifikasi tanaman untuk
meningkatkan hasil pertanian
kita.
Para siswa sedang
mengidentifikasi data angket
yang akan diteliti. Ibu yang sedang sakit itu
diperiksa urinenya. B. Perubahan Makna
Kata-kata dalam bahasa tertentu
mengalami perubahan arti.
Ada 6 jenis perubahan arti yaitu:
1. Meluas ( generalisasi ) adalah
makna kata sekarang lebih luas daripada makna asalnya.
Contoh:
Kata Makna Dasar Makna Sekarang
Bapak Orang tua laki-laki Semua
laki-laki yang sudah tua atau
tinggi kedudukannya Ibu Orang tua perempuan Semua
perempuan yang sudah tua atau
tinggi kedudukannya
Saudara Anak sekandung Semua
orang sederajat 2. Menyempit ( spesialisasai )
adalah makna sekarang lebih
sempit daripada makna asalnya.
Contoh:
Kata Makna Dasar Makna Sekarang
Sarjana Orang pandai Lulusan perguruan tinggi
Madrasah Sekolah Sekolah agama
pembantu Orang yang membantu
Pelayan rumah tangga
3. Amelioratif (membaik) adalah
makna kata sekarang lebih baik daripada makna kata asalnya.
Contoh:
Kata dahulu kata Sekarang
Perempuan Wanita
Pemberian anugerah
Anak laki-laki putra 4. Peyoratif adalah makna
sekarang lebih jelek daripada
makna asalnya.
Contoh: kawin, gerombolan,
oknum, perempuan dsb. 5. Sinestesia adalah makna kata
yang timbul karena tanggapan dua
indera yang berbeda.
Contoh:
Kata-katanya pedas. (pencecap ke
pendengaran) Lagunya enak didengar.
(pencecap ke pendengaran)
Suaranya lembut. (peraba ke
pendengaran)
6. Asosiasi adaalah makna kata
yang timbul karena persamaan sifat.
Contoh: Hati-hati menghadapi
tukang catut di bioskop itu.
Kata Makna Baru (asosiasi/kias)
Amplop Uang sogok
Bunga Gadis cantik putih Suci, bersih C. Hubungan Makna
1. Sinonim adalah kata-kata yang
memiliki kesamaan atau
kemiripan makna.
Contoh: siuman = sadar
datang = tiba = sampai 2. Antonim adalah kata-kata yang
memiliki makna berlawanan.
Contoh:
besar – kecil
atas - bawah
siang - malam Antonim dibedakan menjadi:
a. Antonim kembar : putra-putri,
dewa-dewi, pemuda-pemudi.
b. Antinim gradual : panjang -
pendek, tinggi- rendah, tua–
muda. c. Antonim relasional : suami-
istri, guru-murid, penjual-
pembeli.
d. Antonim majemuk : emas-
perak, gelang-kalung, pintu-
jendela dsb. e. Antonym hierarkis : jendral-
kopral, kilometer-meter dsb. 3. Polisemi adalah suatu kata yang
memiliki makna ganda.
Namun demikian, di antara makna
tersebut masih terdapat
hubungan makna.
Contoh: Anak saya sakit. ( keturunan )
Ia anak buahku. ( bawahan )
Hati-hati,anak tangga itu rapuh.
( bagian tangga yang diinjak )
4. Hiponim adalah suatu kata yang
maknanya telah tercakup oleh kata yang lain. zahra's Bp di 18.50 Bahasa Baku & Reduplikasi
(Kata Ulang) A. Kata Ulang (Reduplikasi)
Kata ulang atau reduplikasi adalah
kata jadian yang terbentuk dengan
pengulangan kata.
1. Bentuk kata ulang antara lain:
a. Kata ulang murni atau pengulangan seluruh atau
dwilingga, yaitu pengulangan
seluruh kata dasar.
Contoh : ibu-ibu hitam-hitam
kuda-kuda danau-danau
b. Kata ulang berimbuhan atau kata ulang sebagian, yaitu bentuk
pengulangan kata dengan
mendapat awalan, sisipan,
akhiran atau gabungan imbuhan
sebelum atau sesudah kata
dasarnya diulang. Contoh : berlari-lari bermain-
main
menari-nari hormat-menghormati
bunga-bungaan kekanak-kanakan
c. Kata ulang berubah bunyi atau
bervariasi fonem, baik vokal maupun konsonan.
Contoh : lauk-pauk
serta-merta
warna-warni
gerak-gerik
mondar-mandir d. Kata ulang suku awal atau
dwipurwa, yaitu bentuk
pengulangan suku pertama kata
dasarnya, biasanya disertai
variasi.
Contoh : lelaki laki-laki ~ lelaki
sesama
sama-sama ~ sesama
tetangga
tangga-tangga ~ tetangga
Keterangan: 1. Selain bentuk kata ulang di atas,
terdapat kata ulang semu atau
kata dasar berulang.
Contoh : cumi-cumi paru-paru
laba-laba pura-pura
biri-biri kura-kura kupu-kupu kunang-kunang
2. Makna kata ulang menyatakan
banyak tak tentu.
Contoh : gunung-gunung
daerah-daerah
gerak-gerik rumah-rumah
pepohonan
3. Menyatakan sangat.
Contoh :
rajin-rajin besar-besar
kuat-kuat manis-manis 4. Menyatakan saling, berbalasan
atau pekerjaan dilakukan oleh dua
pihak.
Contoh : kunjung-mengunjungi
tuduh-menuduh 5. Menyatakan paling atau
intensitas.
Contoh : setinggi-tingginya
sebanyak-banyaknya
sebaik-baiknya
6. Menyatakan tiruan atau menyerupai.
Contoh : orang-orangan
siku-siku
rumah-rumahan
7. Menyatakan bersenang-senang
atau santai. Contoh : duduk-duduk minum-
minum
membaca-baca tidur-tiduran
berjalan-jalan berbaring-baring 2. Kata Baku dan Tidak Baku Bahasa baku ( kata baku ) adalah
bahasa atau kata yang mengikuti
ragam atau kaidah yang telah
ditentukan atau telah dilazimkan
berdasarkan ejaan yang telah
disempurnakan. Fungsi bahasa baku adalah:
1. Fungsi pemersatu
2. Fungsi pemberi kekhasan
3. Fungsi pembawa kewibawaan
4. Fungsi sebagai kerangka acuan
Ciri-ciri bahasa baku: 1. Kemantapan dinamis
2. Kecendikiaan
3. Keragaman kaidah Penggunaan bahasa baku:
1. Alat komunikasi resmi, seperti
dalam upacara kenegaraan, rapat
dinas, administrasi
pemerintahan, surat-menyurat
resmi, perundang-undangan, dan sebagainya.
2. Sebagai bahasa pengantar
dalam bidang pendidikan dan
pengajaran.
3. Bahasa dalam wacana teknis,
seperti laporan kegiatan, laporan penelitian, usulan proyek,
karangan ilmiah, lamaran
pekerjaan, seminar ilmiah,
makalah ilmiah, artikel/karangan
tentang sesuatu ilmu yang ditulis
dalam majalah atau buku, dan sebagainya.
4. Alat pembicaraan dengan
orang-orang yang patut dihormati
dan/atau orang-orang yang belum
atau baru saja dikenal.
Contoh: KATA TIDAK BAKU KATA BAKU KATA
TIDAK BAKU KATA BAKU
konsekwensi konsekuensi
kampak Kapak
sistim Sistem samudra Samudera
praktek Praktik varitas Faritas apotik apotek ujud Wujud
nasehat Nasihat sodara Saudara
hakekat Hakikat tehnik Teknik
ijasah Ijazah analisa Analisis
menejemen Manajemen ketemu
Bertemu jadual Jadwal kebalik Terbalik
bis Bus gimana Bagaimana
diagnosa diagnosis nggak, enggak
Tidak
gubug Gubuk kasih, ngasih
memberi

Berbagai Macam Cerita Rakyat

Cerita Rakyat Cerita rakyat merupakan bagian dari kesustraan Indonesia. Dahulu cerita rakyat ditularkan secara lisan. Namun, sekarang cerita rakyat ditulis dan diterbitkan menjadi buku. Cerita rakyat dapat dibedakan menjadi : Dongeng Dongeng adalah cerita rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi, termasuk di dalamnya cerita-cerita pelipur lara dan cerita-cerita dengan tokoh binatang (fabel). Mite Mite adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan dianggap suci atau sakral, misalnya cerita tentang tokoh kayangan atau tokoh supranatural yang memiliki kekuatan hebat. Tokoh mite adalah dewa atau manusia setengah dewa dan menyangkut peristiwa yang terjadi di dunia lain pada masa lalu Legenda Legenda adalah dongeng asal mula terjadinya suatu tempat, peristiwa, atau keberadaan suatu daerah Saga/ sage Saga / sage adalah cerita mirip sebuah legenda. Saga berhubungan dengan cerita dewa-dewi. Epos Epos adalah cerita yang berkaitan dengan kepahlawanan. Epos merupakan Wiracarita. Dan berikut merupakan hasil analisis cerita rakyat yang berisikan ringkasan cerita rakyat beserta analisis unsur instrinsik dan hal-hal menarik pada cerita.

Karya Sastra Melayu Klasik

Sastra melayu klasik sudah ada sejak abad ke 16 M, gaya bahasanya hingga kini tidak mengalami banyak perubahan. Bentuk-bentuk sastra melayu adalah: 1. Pantun Ialah sejenis puisi yang terdiri dari 4 baris bersajak a-b-a-b, a-b- b-a, a-a-b-b. Sajak ke 1 dan 2 adalah lampiran (berisikan hal- hal mengenai alam), baris ke 3 dan 4 berisi tujuan dari pantun itu. Satu baris terdiri dari 8-12 kata. Contoh: Ayam hutan terbang ke hutan Tali tersangkut pagar berduri Adik bukan saudara bukan Hati tersangkut karena budi 2. Karmina Merupakan bentuk pantun yang singkat, baris ke 1 adalah lampiran, sedang baris ke 2 adalah isi tujuannya. Memiliki pola sajak lurus a-a, tujuan dari pemakaian karmina adalah untuk mengungkapkan secara langsung atau sekadar untuk menyindir. Contoh: Buah nangka bentuknya bulat Sudah tua bangka belum ingat akhirat 3. Gurindam Salah satu bentuk puisi melayu lama, terdiri dari 2 baris kalimat dengan akhiran irama yang sama. Baris ke 1 berisikan masalahnya dan baris ke 2 mengenai solusinya/akibatnya. Contoh: Kalau bekerja terburu-buru Tentulah banyak keliru 4. Hikayat Merupakan bentuk prosa mengenai sejarah, dongeng, dsb. Biasanya mengkisahkan kehebatan seseorang akan kesaktiannya, contoh Hikayat Hang Tuah. 5. Syair Adalah bentuk puisi/karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama sajak, umumnya terdiri dari 4 baris berirama a-a-a-a yang keseluruhannya memiliki maksud penyair. Contoh: Tersusun indah pustaka ini Tertata rapi buku-buku penuh maknawi Isi hari dengan berkunjung kesini Pustaka terbaik di negeri ini 6. Seloka Juga merupakan bentuk puisi melayu lama yang berisikan pepatah/perumpamaan yang umumnya mengenai senda gurau dan sindiran. Kebanyakan seloka ditulis dalam 4 baris memakai bentuk pantun/syair. Contoh: Apa yang aneh bila dipandang Lengan pendek tapi bertudung Nampak seperti orang yang kudung Mata terpandang kaki tersandung 7. Talibun Sejenis puisi lama seperti pantun karena mempunyai sampiran dan isi, hanya saja berisi lebih dari 4 baris. Iramanya adalah abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde, dan seterusnya. Contoh: Kalau anak pergi ke pekan Yu beli belanak beli Ikan panjang beli dahulu Kalau anak pergi berjalan Ibu cari sanakpun cari Induk semang cari dahulu

Ciri Sastra Melayu Klasik

nggak usah banyak basa-basi, langsung saja kita simak :

Ciri-ciri karya sastra melayu klasik 1. Struktur bahasanya adalah melayu, sulit dipahami orang di zaman sekarang. 2. Merupakan sastra lisan atau diceritakan secara turun temurun. 3. Tidak diketahui siapa penciptanya alias anonim, sama halnya dengan pencipta lagu daerah. 4. Umumnya bersifat istana sentris aliskan menceritakan kehidupaan kerajaan. 5. Pengarangnya sangat taat terhadap aturan sastra yang ada. 6. Ceritanya nampak seperti gambaran masyarakat yang statis (taat dengan aturan yang ada). 7. Memakai bahasa yang klise (contoh pada suatu hari, alkisah, dll). Nilai-nilai dalam karya sastra melayu klasik 1. Nilai agama, berkaitan dengan kaidah agama yang terkandung dalam sastra melayu klasik. 2. Nilai moral, berkaitan dengan etika dan sopan santun. 3. Nilai sosial budaya, berkaitan dengan keadaan masyarakat pada waktu itu. Bagaimana? Sudah mulai lebih memahami mengenai karya sastra melayu klasik? Apabila sudah maka ucapkan syukur. Semoga artikel ini bisa membantu kalian semua yang membutuhkan, terima kasih.

Sabtu, 01 Juni 2013

Majas

Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh
efek-efek tertentu,
keseluruhan ciri bahasa
sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam
menyampaikan pikiran dan
perasaan, baik secara lisan maupun tertulis [1]. Jenis-jenis Majas Majas perbandingan Artikel utama untuk bagian ini
adalah: Majas perbandingan 1. Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui
kiasan atau
penggambaran. Contoh: Perjalanan hidup
manusia seperti sungai yang
mengalir menyusuri tebing-
tebing, yang kadang-kadang
sulit ditebak kedalamannya,
yang rela menerima segala sampah, dan yang pada
akhirnya berhenti ketika
bertemu dengan laut. 1. Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak
diselesaikan karena
sudah dikenal. Contoh: Sudah dua hari ia tidak
terlihat batang hidungnya. 1. Simile: Pengungkapan dengan perbandingan
eksplisit yang
dinyatakan dengan kata
depan dan penghubung,
seperti layaknya,
bagaikan, " umpama", "ibarat","bak", bagai". contoh: Kau umpama air aku
bagai minyaknya, bagaikan
Qais dan Laila yang dimabuk
cinta berkorban apa saja. 1. Metafora: Gaya Bahasa yang membandingkan
suatu benda dengan
benda lain karena
mempunyai sifat yang
sama atau hampir sama. contoh: Cuaca mendung karena sang raja siang enggan menampakkan diri. 1. Antropomorfisme: Metafora yang
menggunakan kata atau
bentuk lain yang
berhubungan dengan
manusia untuk hal yang
bukan manusia. 2. Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan
rasa dari suatu indra
yang dicurahkan lewat
ungkapan rasa indra
lainnya. 3. Antonomasia: Penggunaan sifat
sebagai nama diri atau
nama diri lain sebagai
nama jenis. 4. Aptronim: Pemberian nama yang cocok
dengan sifat atau
pekerjaan orang. 5. Metonimia: Pengungkapan berupa
penggunaan nama untuk
benda lain yang menjadi
merek, ciri khas, atau
atribut. Contoh: Karena sering
menghisap jarum, dia
terserang penyakit paru-paru. (Rokok merek Djarum) 1. Hipokorisme: Penggunaan nama
timangan atau kata yang
dipakai untuk
menunjukkan hubungan
karib. 2. Litotes: Ungkapan berupa penurunan
kualitas suatu fakta
dengan tujuan
merendahkan diri. Contoh: Terimalah kado yang
tidak berharga ini sebagai
tanda terima kasihku. 1. Hiperbola: Pengungkapan yang
melebih-lebihkan
kenyataan sehingga
kenyataan tersebut
menjadi tidak masuk
akal. Contoh: Gedung-gedung
perkantoran di kota-kota
besar telah mencapai langit. 1. Personifikasi: Pengungkapan dengan
menggunakan perilaku
manusia yang diberikan
kepada sesuatu yang
bukan manusia. Contoh: Hembusan angin di tepi pantai membelai rambutku. 1. Depersonifikasi: Pengungkapan dengan
tidak menjadikan benda-
benda mati atau tidak
bernyawa. 2. Pars pro toto: Pengungkapan sebagian
dari objek untuk
menunjukkan
keseluruhan objek. contoh:Sejak kemarin dia tidak
kelihatan batang hidungnya. 1. Totum pro parte: Pengungkapan
keseluruhan objek
padahal yang dimaksud
hanya sebagian. contoh:Indonesia bertanding
volly melawan Thailand. 1. Eufimisme: Pengungkapan kata-
kata yang dipandang
tabu atau dirasa kasar
dengan kata-kata lain
yang lebih pantas atau
dianggap halus. contoh:Dimana saya bisa
menemukan kamar kecilnya? 1. Disfemisme:
Pengungkapan
pernyataan tabu atau
yang dirasa kurang
pantas sebagaimana
adanya. 2. Fabel: Menyatakan perilaku binatang
sebagai manusia yang
dapat berpikir dan
bertutur kata. contoh:Perilakunya seperti ular
yang menggeliat. 1. Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai
tetapi dikiaskan atau
disamarkan dalam
cerita. 2. Perifrasa: Ungkapan yang panjang sebagai
pengganti ungkapan
yang lebih pendek. 3. Eponim: Menjadikan nama orang sebagai
tempat atau pranata. contoh:Kita bermain ke rumah
Ina. 1. Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan
menggunakan simbol
atau lambang untuk
menyatakan maksud. 2. Asosiasi: perbandingan
terhadap dua hal yang
berbeda, namun
dinyatakan sama. Contoh: Masalahnya rumit,
susah mencari jalan keluarnya
seperti benang kusut. Majas sindiran Artikel utama untuk bagian ini
adalah: Majas sindiran 1. Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta
yang sebenarnya dan
mengatakan kebalikan
dari fakta tersebut. Contoh: Suaramu merdu
seperti kaset kusut. 1. Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar. 2. Sinisme: Ungkapan yang
bersifat mencemooh
pikiran atau ide bahwa
kebaikan terdapat pada
manusia (lebih kasar
dari ironi). Contoh: Kamu kan sudah
pintar ? Mengapa harus
bertanya kepadaku ? 1. Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme,
ironi, atau parodi, untuk
mengecam atau
menertawakan gagasan,
kebiasaan, dll. 2. Innuendo: Sindiran yang
bersifat mengecilkan
fakta sesungguhnya. Majas penegasan Artikel utama untuk bagian ini
adalah: Majas penegasan 1. Apofasis: Penegasan
dengan cara seolah-
olah menyangkal yang
ditegaskan. 2. Pleonasme: Menambahkan
keterangan pada
pernyataan yang sudah
jelas atau
menambahkan
keterangan yang sebenarnya tidak
diperlukan. Contoh: Saya naik tangga ke
atas. 1. Repetisi: Perulangan
kata, frasa, dan klausa
yang sama dalam suatu
kalimat. 2. Pararima: Pengulangan
konsonan awal dan akhir
dalam kata atau bagian
kata yang berlainan. 3. Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal
kata secara berurutan. 4. Paralelisme: Pengungkapan dengan
menggunakan kata,
frasa, atau klausa yang
sejajar. 5. Tautologi: Pengulangan kata dengan
menggunakan
sinonimnya. 6. Sigmatisme:
Pengulangan bunyi "s"
untuk efek tertentu. 7. Antanaklasis: Menggunakan
perulangan kata yang
sama, tetapi dengan
makna yang berlainan. 8. Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara
berturut-turut dari yang
sederhana/kurang
penting meningkat
kepada hal yang
kompleks/lebih penting. 9. Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara
berturut-turut dari yang
kompleks/lebih penting
menurun kepada hal
yang sederhana/kurang
penting. 10. Inversi: Menyebutkan
terlebih dahulu predikat
dalam suatu kalimat
sebelum subjeknya. 11. Retoris: Ungkapan pertanyaan yang
jawabannya telah
terkandung di dalam
pertanyaan tersebut. 12. Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa
unsur kalimat, yang
dalam susunan normal
unsur tersebut
seharusnya ada. 13. Koreksio: Ungkapan
dengan menyebutkan
hal-hal yang dianggap
keliru atau kurang tepat,
kemudian disebutkan
maksud yang sesungguhnya. 14. Polisindenton:
Pengungkapan suatu
kalimat atau wacana,
dihubungkan dengan
kata penghubung. 15. Asindeton: Pengungkapan suatu
kalimat atau wacana
tanpa kata penghubung. 16. Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan
keterangan tambahan di
antara unsur-unsur
kalimat. 17. Eksklamasio: Ungkapan
dengan menggunakan
kata-kata seru. 18. Enumerasio: Ungkapan
penegasan berupa
penguraian bagian demi
bagian suatu
keseluruhan. 19. Preterito: Ungkapan
penegasan dengan cara
menyembunyikan
maksud yang
sebenarnya. 20. Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk
menegaskan. 21. Kolokasi: Asosiasi tetap
antara suatu kata
dengan kata lain yang
berdampingan dalam
kalimat. 22. Silepsis: Penggunaan
satu kata yang
mempunyai lebih dari
satu makna dan yang
berfungsi dalam lebih
dari satu konstruksi sintaksis. 23. Zeugma: Silepsi dengan
menggunakan kata yang
tidak logis dan tidak
gramatis untuk
konstruksi sintaksis
yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang
rancu. Majas pertentangan Artikel utama untuk bagian ini
adalah: Majas pertentangan 1. Paradoks: Pengungkapan dengan
menyatakan dua hal
yang seolah-olah
bertentangan, namun
sebenarnya keduanya
benar. 2. Oksimoron: Paradoks dalam satu frasa. 3. Antitesis: Pengungkapan dengan
menggunakan kata-kata
yang berlawanan arti
satu dengan yang
lainnya. 4. Kontradiksi interminus: Pernyataan yang
bersifat menyangkal
yang telah disebutkan
pada bagian
sebelumnya. 5. Anakronisme: Ungkapan
yang mengandung
ketidaksesuaian dengan
antara peristiwa dengan
waktunya.